ZONA PUBLIK.COM – KLATEN – Gunung Merapi yang terletak di perbatasan empat kabupaten yakni Boyolali, Sleman, Magelang dan Klaten kembali menyemburkan awan panas. Erupsi setinggi 1000 meter terjadi Minggu pagi sekitar pukul. 10.46 selama 155 detik. Sementara matrial vulkanik yang dikelaurkan masuk kearah sungai Gendol Sleman.
Kendati untuk yang kesekian kalinya Merapi mengalami erupsi, namun stataus Merapi tetap pada posisi waspada level II. Selain itu warga sekitar juga menanggapi dengan tenang. Mereka masih tetap melakukan aktivitas biasa. Baik mereka yang pergi keladang/tegalan atau para penambang pasir yang beroprasi disekitar kali gendol dan sungai woro yang berada di Balerante.
Erupsi yang terjadi Minggu pagi (17/11) pagi terpantau jelas oleh salah satu relawan gunung Merapi yang merekam proses terjadinya erupasi. Menurut keterangannya erupsi kali ini tidak seperti biasanya yang didahului oleh suara gemuruh yang berasal dari perut gunung. Dari pengamatannya erupsi kali ini berdurasi sekitar 155 detik, dimana awan panas yang disemburkan mencapai ketinggian 1000 meter. Sementara matrial vulkanik menuju ke sungai Gendol Sleman.
Sementara Balai Penyelidikan Dan Pengembangan Teknonoli Kebencanaan Geologi (BPPTK) dalam akun twiter resminyaa menyatakan duraasi keluarnya awan panas merapi 155 detik.
Selain itu BPPTK mencatat selama pukul 00.00 hingga 06.00 terjadi 7 kali gempa akibat guguran di gunung Merapi dengan amplitude 2-10 mm selama 17.6 detik hingga 21.52 detik. Selain itu terjadi dua gempa hybrid dengan amplitudo 2 mm selama 6.72-7.2 detik, dua gempa vulkanik dangkal dengan amplitude 44-65mm selama 11,56,16 detik dan satu kali gempa vulkanik dalam dengan amaplitudo 3 mm selama 8.88 detik.
Namun demikian warga sekitar merapi tetap diminta waspada dan menjahui Merapi dengan radius 3 kilometer dari puncak Merapi. Status Merapipun belum ditingkatkan masih pada posisi waspada level II.
Sementara itu Nur Slamet salah satu tim rescue relawan Merapi warga Balerante saat ditemui mengaku tidak begitu khawatir dengan erupsi yang terjadi Sabtu pagi, karena hal serupa sudah sering terjadi. Sehingga dia dan warga lainnya tidak terlalu panic. Namun demikian warga tetap diminta tetap waspada dan mematuhi semua anjuran dan larangan yang telah diberikan pemerintah.
“Pun biasa mas yen simbahe watuk. warga sudah terbiasa namun demikian kita tetap waspada dan tidak meremehkan setiap kejadian di Merapi. Cuma jika Merapi benar-benar ingin batuk dengan sekala besar, biasanya warga sudah bisa menangkap tanda-tanda itu. Dan saat ini semua masih aman dan tenang”, ujarnya.
Hingga saat ini warga Desa Balerante di kecamatan Manisrenggo dan Desa Sidorejo kecamatan Kemalang, yang hanya berjarak 4 kilometer dari puncak Merapai tetap melakukan aktivitas biasa. Bagi para petani mereka tetap pergi ke tegal untuk mencari rumput dan berkebun. Sementara para penambang pasir tetap melakukan aktivitasnya disepanjang jurang sungai Woro.
Salah satu penambang pasir saat ditemui mengaku sudah terbiasa dengan erupsi Merapi sekala kecil, sehingga tidak begitu mempermasalahkan. Menurutnya Warga sekitar Merapi memiliki insting sendiri jika Merapi akan batuk dengan skala besar.” Biasa saja mas kita tetap bekerja. Mudah mudahan Merapi tidak marah”, ujarnya(jerro)
Redaksi , Biro klaten