Spread the love

IMG 20191114 WA0011

Muhamad Maulana

Dalam bukunya yang berjudul ‘Jokowi Periode Kedua’, Mas Suaedy menyatakan demokrasi saat ini sudah sampai pada Post-Sekularisme. Nilai agama tidak terpisah dari negara, tapi keduanya sudah melebur jadi satu. Agama yang membela kemanusiaan dan kewarganegaraan. Oleh karenanya ada dua jenis kelompok hari ini, imagine communities dan imagine identities (Ingat Donald Trump, Brezit, dan Modi)

Kalau lihat data-data Depok tampaknya masuk kelompok imagine identities (Suaedy, 2019) Nyatanya, sebagai kota yang berbatasan langsung dengan ibu kota negara, Depok masih menyisakan segudang soal.

Kota yang dipromosikan sebagai kota religius ini nampaknya masih belum cukup religius. Religiusitas hanya sebatas simbolik formalitas. Kualitas manusia Kota Depok yang dicerminkan lewat IPM 2018 berada di peringkat “Tiga” teratas di antara kota-kota di Jabar. Tetapi Depok adalah kota paling lambat ke “Tiga” di Jabar dalam peningkatan IPM setelah Kota Cirebon dan Kota Cimahi dalam kurun waktu 2014-2018. Skor IPM hanya meningkat 1,71 poin dari 78,58 di 2014 menjadi 80,29 di 2018.

Padahal di periode yang sama, IPM Jabar meningkat 2,50 dan peningkatan rata-rata kota di Jabar 2,19. Jelas, peningkatan IPM Kota Depok lebih rendah. Lalu apa sebabnya? Apakah karena keterbatasan anggaran? Yuk cek datanya…

Data Kemenkeu menunjukan Depok sebagai Kota dengan Kapasitas Fiskal ‘Sangat Tinggi’ dengan skor 2,81 (2017). Tertinggi ke “Tiga” setelah Kota Bandung dan Kota Bekasi. Artinya, tidak ada alasan Kota Depok untuk tidak bisa membiayai tugas pemerintahan, seperti penyediaan layanan dasar pendidikan dan kesehatan.

Mari bandingkan dengan beberapa Kota Lain. Banjar adalah kota dengan kapasitas fiskal paling rendah, tapi peningkatan IPM-nya tertinggi kedua. Menanjak 2,91 poin dari 68,34 menjadi 71,25 di periode yang sama. Oke, Kota Banjar mungking tidak apple to apple. Mari lihat bekasi.

Baca Juga :  Permasalahan Lahan Heriyadi Warga Desa Karangan Dan Pihak PT.HKI Belum Ada Titik Temu.

Secara kapasitas Fiskal dan geografis, kota Bekasi sama dengan Depok. IPM Kota Bekasi mengalami peningkatan 2,20, dari 78,84 menjadi 81,04. Di atas rata-rata Kota-kota di Jabar.

Ada yang beralibi lambatnya peningkatan IPM dalam lima tahun terakhir karena cepatnya laju pertumbuhan penduduk di Depok. Oke. Lalu kenapa IPM Bekasi yang sudah menjadi seperti kota kembar Depok lebih berhasil?

Peningkatan IPM sesungguhnya penting. Karena dalam surah Annisa ayat 9, Alloh telah mengamanatkan untuk tidak meninggalkan generasi penerus yang lemah dan minim kapasitas. Kota Religius harusnya menunjukan adanya peningkatan IPM yang lebih baik.

Ada apa dengan Kota Depok? Apa kabar program pengembangan dan pembedayaan kualitas manusianya?

Itulah sekelumit refleksi yang saya sampaikan di acaranya #ForumDepokNgopi

M.Maulana

Sumber data: BPS, Kemenkeu RI